Bismillah,
Di masyarakat Indonesia, terutama
bagi kalangan suami istri, ada 1 hal yg sering dijadikan guyonan (tapi
serius), yakni adanya ’sunnah Rasul’ tiap malam Jum’at (Kamis malam).
Yang dimaksud dg sunnah Rasul di sini adalah hubungan suami istri, tentu
saja dengan pasangannya yg sah ya? Hahaha…
Jadi sunnah Rasul di malam Jum’at bisa diartikan (akan) ada pasutri yg melakukan hubungan suami istri di malam Jum’at.
Adalah hal yg menarik mencermati (sedikitnya) 2 hal berikut:
1. Mengapa ‘mesti’ malam Jum’at?
2. Dan mengapa disebut sunnah Rasul?
Baik, saya akan coba jelaskan sesuai dengan ilmu yg saya ketahui, jadi unsur subyektifitasnya akan sangat tinggi.
1. Mengapa ‘mesti’ malam Jum’at?
Sebenarnya, TIDAK ADA KETENTUAN/DALIL KHUSUS
yg menjelaskan berhubungan suami istri mesti di malam Jum’at.
Setidaknya itu yg saya ketahui selama ini. Apabila memang ada saudara2
yg tahu, dengan senang hati saya akan menerimanya.
Jika memang
dalil itu ada, maka kasihan sekali pasangan pengantin baru, yg mesti
menunggu malam Jum’at untuk bisa menuntaskan dan menumpahkan rasa kasih
sayang mereka. Sementara di 6 hari lainnya, saya tidak tahu pasti apa
yang mereka lakukan.
Hanya saja, saya melihat adanya keterkaitan
antara hubungan suami istri di malam Jum’at, puasa Senin-Kamis, dan
program kehamilan. Ya, keterkaitan ini mungkin memang ‘akal2an’ saya
saja. Tidak ada dasar pastinya, tapi (menurut saya) cukup masuk akal.
Jadi
begini. Salah satu ibadah yg disarankan Rasululloh SAW adalah puasa
Senin-Kamis. Senin ke Kamis ada waktu 3 hari. Menurut ilmu kedokteran
yg pernah saya baca, sperma akan mencapai puncak kematangan di hari
ke-3. Dengan kata lain, sperma yg tidak keluar selama 3 hari akan
mempunyai kualitas terbaik, insya ALLOH.
Dengan demikian, bagi
pasutri yg punya program ingin mempunyai anak, sebaiknya melakukan
puasa Senin-Kamis (terutama bagi suaminya), dan baru berhubungan di
hari Kamis (malam Jum’at) sehingga benih yg dikeluarkan adalah benih
terbaik.
Hal yg sama, dari Jum’at ke Senin ada waktu sekitar 3-4
hari. Jadi, usai buka puasa di hari Senin pasutri (yg punya program
memiliki momongan) bisa meneruskannya dengan hubungan suami istri
karena kualitas spermanya adalah yg terbaik.
Masuk akal bukan?
Yang kedua, alasan berhubungan suami istri di malam Jum’at, saya pikir ada hubungannya dengan hadits Rasululloh SAW berikut ini:
“Barangsiapa
yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi jinabat (mandi besar),
kemudian dia pergi ke masjid pada saat pertama, maka seakan-akan dia
berkurban dengan seekor unta dan siapa yang berangkat pada saat kedua,
maka seakan-akan ia berkurban dengan seekor sapi, dan siapa yang pergi
pada saat ketiga, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor domba
yang mempunyai tanduk, dan siapa yang berangkat pada saat keempat, maka
seakan-akan dia berkurban dengan seekor ayam, dan siapa yang berangkat
pada saat kelima, maka seolah-olah dia berkurban dengan sebutir telur,
dan apabila imam telah datang, maka malaikat ikut hadir mendengarkan
khutbah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dugaan saya, daripada melakukan
mandi besar tanpa ‘alasan’ yg jelas, maka malam Jum’atnya berhubungan
suami istri. Sehingga saat Subuh, tinggal lakukan mandi wajib dg hati yg
ikhlas.
2. Dan mengapa disebut sunnah Rasul?
Ini
juga yg saya bingungkan. Kenapa sunnah Rasul diidentikkan dg hubungan
suami istri? Padahal banyak sekali sunnah Rasul yg juga bisa dilakukan
di malam Jum’at. Tahajud, tadarus, adalah sebagian dari sunnah Rasul
tersebut.
Dugaan saya, istilah sunnah Rasul ini sebagai pengganti
kata berhubungan suami istri. Karena di Indonesia, hal2 yg terkait dg
sex cukup tabu dibicarakan secara terbuka, karena akan dianggap vulgar,
maka digunakan istilah sunnah Rasul sbg pengganti.
Saya
hanya menyayangkan penyempitan makna dari sunnah Rasul, yg mestinya
luas, menjadi berkonotasi ke hubungan suami istri. Kasihan sekali kaum
muslim yg belum menikah, jika penyempitan makna ini kian mewabah dan
memasyarakat, karena mereka belum mempunyai pasangan yg sah. Tidak
mungkin mereka ber-onani hanya untuk mengejar bisa mandi wajibnya.
Kesimpulannya:
-
berhubungan suami istri tidak mesti dilakukan di hari Kamis (malam
Jum’at). kecuali bagi yg punya program ingin mempunyai momongan, mungkin
bisa dijadikan salah satu pertimbangan.
- kini ada penyempitan
makna dari sunnah Rasul. jika digunakan sebagai upaya memperhalus
ungkapan hubungan suami istri, it’s ok, tapi salah kaprah ini akan
berdampak buruk jika dimaknai dan dipahami dg kacamata kuda.
Jadi, malam ini apakah anda dan pasangan menuaikan Sunnah Rasul?
Semoga berguna.
Jangan lupa komentarnya,,,apabila malam ini menunaikan sunnah Rosul
Kamis, 03 Mei 2012
Malam Jum’at dan Sunnah Rasul
20.04
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar